Minggu, 11 Agustus 2013

Analisis Penulisan Al-Kamil Fi At-Tarikh Karya Ibn Atsir

Share On:





PENDAHULUAN
Sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an, Hadits sangatlah berperan penting dalam khazanah keilmuan Islam. Sehingga mengkajinya memerlukan telaah spesifik yang syarat akan sebuah metodologis ilmiah. Hal ini disebabkan adanya jarak waktu yang cukup panjang antara Nabi yang menjadi Centre Figure dalam memunculkan Hadits dengan generasi setelahnya. Karena faktor inilah kemudian muncul beberapa diskursus keilmuan yang secara spesifik membahas status kualitas Hadits, baik dilihat dari segi matan maupun sanad.
Ilmu Rijal al-Hadits memberikan sebuah tawaran metode dalam menelisik kualitas Hadits yang ditinjau dari segi sanad. Dalam ilmu ini dikaji biografi para perawi yang kemudian diberikan sebuah penilaian dari segi intelektualitas dan juga dari sisi personalitas. Para Ulama klasik sangat antusias dalam mengembangkan Ilmu ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya karya-karya spektakuler yang mengkaji tentang kehidupan para perawi yang meriwayatkan sebuah Hadits.
Salah satu karya tersebut ialah Kitab Usd al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah yang ditulis oleh Ulama Hadits sekaligus sejarawan terkemuka pada abad 6-7 H. Dalam karya tersebut diungkap biografi para perawi dari kalangan shahabat. Adalah 'Izzuddin Abu al-Hasan Ali bin Abu al-Kirom Muhammad bin Muhammad bin 'Abd al-Karim bin 'Abd al-Wahid al-Syaibany (yang kemudian dikenal dengan Ibn al-Atsir) sebagai muallif kitab tersebut.
Namun kegelisahan akademis mengalir begitu deras ketika kita membaca judul dari kitab ini, Usd al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah. Bukankah dalam khazanah keilmuan Hadits perspektif Sunny semua shahabat adalah orang yang adil yang tidak dibutuhkan lagi penelitian apalagi pencelaan (al-Jarhu)? Lantas mengapa dalam kitab ini secara khusus membahas sahabat? Apakah Ibn al-Atsir mempunyai dimensi pemahaman berbeda dalam menilai shahabat? Pertanyaan ini terjawab dalam muqaddimahnya yang menyatakan bahwasannya ditulisnya kitab ini hanya semata-mata dengan tujuan memberikan data sejarah tentang para sahabat, baik dari segi sejarah kehidupan (yang mencakup nama, nasab, tahun kelahiran, tahun wafat, tempat tinggal), dan juga beberapa data sejarah tentang pelawatan sahabat dalam mencari dan juga meriwayatkan Hadits-hadits Rasulullah saw yang kemudian ditujukan untuk mengetahui ketersambungan sanad dengan perawi-perawi setelahnya (Tabi’in, tabi’ al-Tabi’in, dst.). Tanpa adanya penilaian tentang kualitas personalitinya maupun kapasitas intelektualitasnya.
Tujuan selanjutnya, Ibn al-Atsir berusaha menghadirkan informasi tentang jumlah para sahabat, kendati terjadi banyak perselisihan mengenai hal ini. Kemudian beliau mengemukakan bahwa hal ini dianggap penting dikarenakan pada masa sepeninggal Rasulullah banyak sahabat yang munafik atau bahkan murtad. Jadi ketika kita menerima Hadits dari orang yang hidup di masa Nabi, kita bisa mengetahui beliau termasuk dari golongan sahabat atau bukan.

A.   BIOGRAFI
'Izzuddin Abu al-Hasan Ali bin Abu al-Kirom Muhammad bin Muhammad bin 'Abd al-Karim bin 'Abd al-Wahid al-Syaibany, demikianlah nama lengkap dari pengarang kitab Usd al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah. Beliau terkenal dengan sebutan Ibnu Al-Atsir Al-Jazary. Kata "Al-Jazary" berasal dari nama suatu daerah yaitu jazirah Ibnu 'Umar.
Ibn al-Atsir lahir pada 5 Jumad al-Awal tahun 555H/1160M. di jazirah dan wafat pada tahun 630H di muwasshal. Lahir di keluarga akademis sehingga ayahnya sangat mengutamakan pendidikannya, beliau menghafal al-Qur’an, dan juga belajar Ilmu Qira’at di masa kecilnya. Kemudian beliau melanjutkan studinya di kota Muwasshal setelah kepindahan keluarganya dari kota Jazirah Ibn Umar untuk menetap selamanya. Beliau belajar Hadits (dan juga menerima periwayatan) dari Abi al-Fadl Abdillah bin Ahmad dan juga dari Abi al-Faraj Yahya al-Tsaqafy. Beliau juga aktif dalam beberapa majlis keilmuan yang diselenggarakan di beberpa masjid-masjid dan madrasah-madrasah di kota itu. Namun dirasa kurang cukup, beliau kemudian melanjutkan perlawatannya dalam menimba Ilmu ke negeri Baghdad dan berguru kepada beberapa Ulama Besar pada masa itu, diantaranya: Abu al-Qasim Ya'basy bin Al-Shadaqah Al-Faqih Al-Syafi'i dan Abu Ahmad 'Abdul Wahhab bin 'Ali Al-Shufi dan kepada beberapa Ulama lain yang ada di negeri itu. Tidak berhenti sampai disitu, setelah menyelesaikan studinya di Baghdad beliau melanjutkan pengembaraannya ke Negeri Syam dan Quds untuk kemudian kembali ke negeri asalnya (al-Muwasshal) guna mengarang beberapa karya-karya ilmiahnya.[1]
Keilmuan yang ditekuninya ialah keilmuan Hadits dan juga sejarah. Kapasitas keilmuannya sudah tidak diragukan lagi, kemampuannya menghafal banyak Hadits dan juga data-data sejarah baik sejarah klasik hingga kontemporer menjadikannya Ulama yang masyhur dalam bidang Hadits dan sejarah. Dan dalam bidangnya inilah beliau menghasilkan beberapa karya. Diantaranya :
* Tarikh Al-Muwashshal
* Usd Al-Ghabah Fi Ma'rifah Al-Shahabah
* Al-Lubab fi Tahdzib al-Ansab
* Al-Kamil Fi Al-Tarikh
Kembali kepada keluarganya, Ibn al-Atsir mempunyai dua saudara, yaitu yang pertama kakak laki-laki yang bernama Mujiduddin Abu Al-Sa'adat. Lahir pda tahun 544 dan wafat pada tahun 606. Jami' Al-Ushul fi Ahadits Al-Rasul dan Al-Nihayah Fi Gharib Al-Hadits Wa Al-Atsar merupakan buah karyanya yang sekaligus mengukuhkannya bahwa beliau salah satu Ulama terkemuka pada masa itu. Yang satunya ialah adik beliau yang bernama Dliya'uddin Abu Al-Fath Nashrullah. Lahir pada tahun 557 di Jazirah dan wafat pada tahun 637 di Baghdad. Beliau juga merupakan salah satu Ulama dalam bidang sastra, khususnya balaghah. Kitab karangannya adalah Al-Mitsl Al-Said Fi Adab Al-Katib Wa Al-Sya'ir dan Al-Wasyi Al-Marqum Fi Hil Al-Mandhum. Ibn Atsir dikenal sebagai sejarawan yang menguasai sejarah kuno dan kontemporer; menguasai alur genealogi (nasab) bangsa Arab, peperangan dan peristiwa-peristiwa sejarah yang dialami mereka.karena itu, ia terkenal karena kajian sejarah yang dilakukan.

B. KERANGKA PEMBAHASAN KITAB
a. Latarbelakang Penulisan Kitab
Mengenai sejarah dan juga latarbelakang penulisan kitab ini telah disinggung di atas. Namun penyusun sekedar memberikan tambahan informasi bahwasannya kitab ini merupakan kompilasi dari beberapa Kitab yang ditulis sebelumnya. Yaitu ;

* Ma’rifah al-Shahabah karya Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah al-Ashfahaniyyan
* Al-Ishti’ab fi Ma’rifah al Ashab karya Abu Umar Yusuf bin Abdillah bin Muhammad bin Abd al-Bar
* Ma’rifah al-Ashab karya Ibn Manduh
* Al-Dzail ala Ma’rifah al-Ashab yang juga karya Abu Musa
Ibn al-Atsir berusaha melengkapi data-data dan juga menjdaikannya satu kesatuan utuh, sehingga memudahkan pembaca dalam mempelajari Ilmu Rijal ini.
Al-Kamil Fi At-Tarikh dianggap karya terpenting Ibn Al-Atsir di bidang sejarah karena buku ini mencakup kajian sejarah umum Dunia Islam dimulai dari masa khalifah, seperti tradisi mayoritas ahli sejarah Islam, hingga catatan akhir tahun 628 H. Karya ini juga dianggap karya paling penting mengenai sejarah Islam. Penulis menempuh metode yang berimbang dalam uraian sejarah setiap daerah Islam; membandingkan berbagai peristiwa yang terjadi di setiap daerah berdasarkan kronologi tahun; dan mengandalkan para spesialis sejarah setiap daerah[2]
Kontribusi Ibn Al-Atsir terletak pada metodenya dalam memaparkan fakta-fakta sejarah. Ia membuang detail-detail uraian yang tidak diperlukan, sangat teliti dalam memverifikasikan referensi, hanya memilih data-data yang sesuai fakta, dan meringkas peristiwa-peristiwa yang terjadi selama setahun.
Karya Ibn Al-Atsir ini mempunyai signifikasi tersendiri, terutama dimulai dari juz X karena mencatat peristiwa-peristiwa yang dekat dengan masa hidup penulisnya. Kajian dari tahun 450 H ini memaparkan benturan antara Barat-Kristen dengan Dunia Arab atau lebih dikenal dengan Perang Salib. Yang menarik dari karya ini karena sangat concern terhadap sejarah Dinasti Atabeg di Mosul Irak hingga tahun 607 H/1211 M, ekspansi para penguasa Turki ke wilayah Halaba dan Damaskus, dan perpecahan kerajaan mereka hingga hanya sebatas Mosul. Sedangkan uraiannya mengenai pahlawan Muslim Shalahuddin terbilang aneh karena berisi sentimen pribadi terhadap Shalahuddin meskipun tetap mengakui kepahlawanannya. Ibn Al-Atsir melukiskan bahwa Shalahuddin adalah pahlawan yang memanfaatkan segenap kekuatan militernya untuk memenuhi ambisi keluarga dan membangun Dinasti Ayyubiyah. Yang jelas penilaian ini dipengaruhi kedekatan Ibn Al-Atsir dengan para penguasa Turki. Ibn Al-Atsir juga mencermati sejarah umat Islam di wilayah Timur dan Barat Islam pasca Shalahuddin, perpecahan mereka dan pengaruhnya saat menghadapi invasi pasukan Salib dan Tartar.
Karya Ibn Al-Atsir ini termasuk sumber primer mengenai Perang Salib. Orientalis De Slane telah mempublikasikan karya Ibn Al-Atsir berikut terjemahannya dalam bahasa Prancis dalam kompilasi Sejarah Perang Salib (juz I dan II Kompilasi Sejarawan Orientalis).  














DAFTAR PUSTAKA

Dr. Yusri Abdul Ghani Abdullah. 2004. Historiografi Islam dari Klasik dan Modern. Cet-1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://www.al-hadj.com/Ind/default.php?part=kal&url=april/22april.html



[2] Dr. Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam dari Klasik dan Modern, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm: 29

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar