Minggu, 11 Agustus 2013

Contoh Format Draft Skripsi Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam

Share On:

paidagōgia on Twitter: "Periksa draft skripsi buat nguji besok, langsung  disambut ini di halaman depan. Ngancem?😌… "


DRAFT SKRIPSI
NAMA            : IRWAN
NIM               : 402 001 09 007
FAKULTAS     : ADAB DAN HUMANIORA
JURUSAN      : SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
 JUDUL           : PERANAN DINASTI AYYUBIYAH TERHADAP PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM
 


A.                Latar Belakang Masalah
Sejarah Islam dibagi oleh para ahli ke dalam tiga periode besar, yakni periode Klasik, Pertengahan dan Modern. Periode klasik (650 – 1250 M), periode pertengahan (1250 – 1800 M) dan periode modern (1800 Masehi dan seterusnya).[1] Pada periode klasik inilah daerah meluas melalui Persia sampai ke India di Timur. Zaman klasik ini meliputi : zaman Nabi, zaman Khulafaurrasyidin, Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.[2]
Menjelang abad ke-10 M sebuah dunia Islam telah terwujud, disatukan oleh sebuah budaya keagamaan yang tercermin dalam bahasa Arab, dan oleh jalinan-jalinan manusia yang ditempa oleh ajaran Islam dalam bentuk perdagangan, perpindahan penduduk dan ziarah atau haji. Namun, dunia ini tidak lagi tampil dalam satu unit politik tunggal. Ada beberapa penguasa yang mengklaim gelar khalifah, di Bagdad, Kairo dan Kordova dan yang lainnya sebagai penguasa negara-negara yang merdeka. Ini tidak mengherankan. Mempertahankan negeri-negeri, dengan tradisi dan kepentingan yang berbeda-beda, dalam suatu imperium tunggal dalam waktu yang begitu lama adalah suatu pencapaian yang luar biasa.[3]
Hal yang tampak sebagai sebuah paradoks sejarah Islam, dinasti-dinasti penguasa acap kali mengumpulkan kekuatannya dari daerah pedesaan, dan beberapa berasal dari desa, tetapi dapat tetap bertahan hanya dengan memperkuat dirinya di kota-kota dan mengumpulkan kekuatan baru dari persekutuan kepentingan dengan penduduk perkotaan.[4]
Untuk dapat bertahan, sebuah dinasti perlu mengakar di kota. Ia membutuhkan kekayaan dari perdagangan dan industri, serta keabsahan yang hanya dapat diberikan oleh para ulama. Proses pembentukan dinasti-dinasti mencakup penaklukan atas kota-kota. Dinasti penakluk memindahkan rantai kota-kota yang terletak di rute perdagangan. Penciptaan dan pertumbuhan kota-kota pada gilirannya bergantung banyak pada kekuasaan dinasti-dinasti tersebut. Tujuan pertama sebuah dinasti adalah mempertahankan kekuasaannya oleh karena penguasa yang tinggal di sebuah tempat yang terpisah dari penduduk kota. Ia dikelilingi oleh keluarga istana, sebagian besar dari kalangan militer atau keturunan asing.
Mesir yang menyimpan peradaban yang tinggi telah terbentuk ketika mengalami masa keemasan setiap  dinasti. Pada periode kedua dari pemerintahan Abbasiyah, Mesir  merupakan wilayah otonom dari Baghdad. Namun karena terjadi perselisihan di pusat pemerintahan Abbasiyah, maka daerah otonomnya mendapat hak otonom. Hal itu semakin membuat dinasti-dinasti kecil yang ada di Mesir menguat dan mencapai kejayaannya. Beberapa dinasti yang masing-masing mengukir peradaban itu adalah : Dinasti Thuluniyah (868 - 904 M), Dinasti Ikhsidiyah (935 - 969 M), Dinasti Fatimiyah (972 - 1130 M), Dinasti Ayyubiyah (1169 - 1250 M), dan Dinasti Mamluk (1250-1515 M).[5]
Pada tahun 1160 M, Dinasti Fatimiyah mulai melemah, kesempatan itu digunakan oleh Nuruddin seorang raja di negeri Syam, untuk mengutus seorang pemimpin militer yang cakap bernama Syirkuh. Dengan komando dari Nuruddin, Syirkuh memanfaatkan situasi itu. Setelah mendapatkan beberapa kemenangan militer dan diplomatik yang dicapai di Mesir, Syirkuh mulai menapaki karir politik dengan menerima jabatan mentri di Mesir (1169) di bawah pimpinan al-Adid, khalifah Fatimiyah yang terakhir.[6] Namun karena Syawar (mentri sebelum Syirkuh) merasa iri dengan Syirkuh, maka Dia meminta bantuan Almaric saudaranya untuk melawan Syirkuh. Akhirnya Syirkuh meninggal dan digantikan oleh keponakannya, Shalahuddin al-Ayyubi.
Dinasti Fatimiyah yang mulai melemah kekuasaanya dan tidak sanggup lagi menangkis serangan kaum salib, serta rajanya al-Adid yang telah tua dan sakit-sakitan membuat Nuruddin mengutus Shalahuddin al-Ayyubi ke Mesir untuk menduduki Mesir dan tentaranya.[7] Nuruddin berkeinginan agar nama kekhalifahan Abbasiyah menggantikan kekhalifahan Fatimiyah. Maka Dia mengutus Shalahuddin untuk mengumumkannya ketika khutbah jum’at. Shalahuddin mengadakan musyawarah  bersama tokoh-tokoh lain, akhirnya semua setuju atas penggantian khalifah Fatimiyah.
Shalahuddin al-Ayyubi berambisi besar untuk mendapatkan kedaulatan atas kawasan muslim Suriah. Di wilayah itulah Nuruddin berkuasa, sehingga sejak saat itu hubungan antara keduanya mulai meruncing. Bertepatan dengan wafatnya Nuruddin pada tahun 1176 M, Shalahuddin menyatakan kemerdekaannya di Mesir. Shalahuddin secara pribadi meminta khalifah Abbasiyah untuk melantikknya sebagai penguasa atas wilayah Mesir, Maroko, Nubiq, Arab Barat, Palestina, dan Suriah Tengah. Khalifah pun mengabulkan permintaanya, maka diploklamirkanlah Dinasti Ayyubiyah.
            Dalam perkembangannya, tercatat bahwa ada beberapa dinasti di Mesir yang sangat berpengaruh terhadap kejayaan Islam, salah satu diantaranya adalah Dinasti Ayyubiyah, mengingat perjuangan dan keberhasilan dinasti tersebut dalam menghadapi sekutu. Dinasti Ayyubiyah didirikan oleh Shalahuddin al- Ayyubi, kemenangan yang dicapainya dalam mengalahkan tentara pasukan Perang Salib telah membawa namanya dikalangan  mashyur dikalangan bangsa Eropa.
Periode Perang Salib sangat kaya dan berlimpah dengan berbagai gambaran peristiwa yang indah dan romantis,sehingga seringkali fakta-fakta sejarah yang penting diungkapkan secara berlebihan. Selama berlangsung perang salib, terjadi proses interaksi budaya antara Barat dan Timur. Interaksi diantara keduanya lebih banyak menguntungkan Barat ketimbang Timur. Aspek kebudayaan yang lebih banyak berpengaruh pada orang Barat lebih banyak meliputi aspek seni, perdagangan, dan industri daripada aspek sastra maupun keilmuan.
Meskipun terus-terusan dilanda oleh Perang Salib dan perang saudara, Suriah menikmati, dibawah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah terutama pada masa kekuasaan Nur al-Din dan Shalahuddin al- Ayyubi, periode paling brilian dalam sejarah muslim Suriah, selain periode Bani Umayyah. Ibukota Suriah, Damakkus, masih menyimpan bukti yang menunjukkan aktivitas arsitektur dan pendidikan yang dikembangkan oleh kedua penguasa utama itu. Nur al-Din tidak hanya merenovasi dinding-dinding pertahanan kota, menambahkan beberapa pintu gerbang dan menara, serta membangun gedung-gedung pemerintahan yang masih bisa digunakan hingga kini, tetapi juga mendirikan sekolah pertama di Damakkus yang dipersembahkan untuk pengembangan ilmu hadis, membangun rumah sakit terkenal yang memakai namanya, dan mendirikan akademi-akademi pertama yang sejak masa kekuasaannya terus berkembang dan menyebar keseluruh pelosok Suriah.[8]
Shalahuddin al- Ayyubi merupakan khalifah yang lebih banyak mencurahkan perhatian pada bidang pendidikan dan arsitektur dibanding para pendahulunya. Kebijakan utama pemerintahannya adalah menyerang Syi’ah yang bidah, dan menghabisi para pendukung Fatimiyah melalui pengembangan pendidikan. Kemudian penguasa berikutnya, Nizham al-Mulk, dikenal sebagai khalifah yang agung yang banyak mendirikan berbagai akademi dalam Islam. Dibawah kekuasaannya, Damaskus menjadi kota pendidikan yang besar. Ibn Jubayr, yang mengunjungi kota itu pada tahun 1184, mencatat ada sekitar 20 madrasah di kota ini, dua rumah sakit bebas biaya dan sejumlah puri untuk para darwis. Tradisi darwis dan monasteri itu diperkenalkan oleh Shalahuddin al-Ayyubi kedaratan Mesir.
Rene Grousset mengemukakan bahwa, “Seni Arab klasik dari Timur dipresentasikan pada bangunan-bangunan yang terdapat di Damaskus dan Aleppo yang didirikan pada abad ke-13 oleh para penguasa Dinasti Ayyubiyah, dan para khalifah awal Dinasti Mamluk”.[9] Arsitektur Suriah yang bermazhab Ayyubiyah ini terus dipakai di Mesir hingga masa Dinasti Mamluk, yang mendirikan beberapa monumen yang indah yang menjadi kebanggaan tradisi kesenian Arab. Karakteristik arsitekur itu sangat solid dan kuat. Bahan-bahan material tahan lama yang digunakan untuk membangun monumen-monemen itu, misalnya batu-batu yang bagus serta dekorasi dan motif-motif yang sederhana menyuguhkan nuansa keindahan yang abadi. Tetapi seperti halnya pada aliran Andalusia, arsitektur Mesir-Suriah juga bergantung pada dekorasi yang mewah untuk menciptakan keanggunan dan kecantikan.
Shalahuddin al- Ayyubi yang memperkenalkan sekolah tipe madrasah ke negeri Yerusalem dan Mesir. Selama pemerintahannya, masyarakat Hijaz juga bisa merasakan pendidikan di sekolah yang seperti madrasah gagasan Shalahuddin al- Ayyubi. Diantara akademi terkemuka bergaya Mesir adalah yang didirikan di Kairo dan menyandang namanya sendiri yakni al-Shalahiyyah. Ibnu Jubaiyr  mencatat ada beberapa madrasah di kota Iskandariyah. Tidak ada satupun dari semua madrasah bergaya Mesir itu yang bertahan hingga kini. Tetapi pengaruh arsitekturalnya masih tampak hingga kini. Pada tahun-tahun berikutnya, gaya arsitektur ini kemudian melahirkan beberapa monumen Arab yang indah di Mesir. Salah satu monumen yang paling indah, dan menjadi contoh terbaik pada masa itu adalah mesjid sekolah Sultan Hasan di Kairo.
Di samping mendirikan sejumlah sekolah, Shalahuddin al- Ayyubi juga membangun dua rumah sakit di Kairo. Bangunan kedua rumah sakit itu kemungkinan dirancang mengikuti model rumah sakit Nuridiyah di Damaskus. Sebelumnya, Ibnu Thulun, dan Khalifah Kafur dari Dinasti Iksidiyah telah mendirikan lembaga serupa yang berfungsi sebagai tempat pelayanan masyarakat yang tidak memungut biaya. Arsitektur rumah sakit juga mengikuti rancangan masjid, tetapi saat ini tidak tersisa sedikitpun jejaknya. Hanya dalam bidang militer, kita masih bisa melihat jejak-jejak peninggalan arsitektur dari masa itu. Salah satu contoh utamanya adalah benteng Shalahuddin di Kairo. Kontruksi benteng ini membuktikan bahwa Shalahuddin al- Ayyubi berhutang sebagian pengetahuannya tentang pertahanan ke benteng-benteng Normandia, yang ketika itu terdapat di beberapa tempat di Palestina.[10]
Walaupun Shalahuddin termasyhur sebagai pemimpin Islam di medan perang menghadapi tentara salib, tetapi jasanya di bidang ilmu pengetahuan tidaklah sedikit. Shalahuddin mendorong para ilmuwan untuk berlomba memajukan ilmu pengetahuan, membuat bendungan, menggali terusan, mendirikan sekolah dan mesjid. Salah seorang bintang dalam ilmu pengetahuan adalah seorang Yahudi yang bernama Musa bin Maimoon atau Maimmoonides, seorang yang mashyur di kalangan tabib Yahudi dan ahli filsafat dari seluruh zaman Arab. Ia di lahirkan di Cordova pada tahun 1135 tetapi keluarganya meninggalkan negeri itu sebelum jatuh ke tangan Kristen dan tinggal di Kairo pada tahun 1165. Di Kairo ia menjadi dokter pribadi sultan Shalahuddin al-Ayyubi, pemimpin Islam itu, dan anaknya.[11]
Shalahuddin al-Ayyubi tetap mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fatimiyah, tetapi mengubah orientasi keagamaannya dari Syi’ah kepada Sunni.[12] Shalahuddin bukan hanya pejuang dan pahlawan Islam bagi kalangan Sunni. Selain dikenal sebagai panglima Perang Salib, Shalahuddin juga mendorong kemajuan di bidang agama dan pendidikan.[13] Seperti menyokong pengembangan teologi, membangun bendungan, menggali kanal, serta membangun sekolah dan masjid. Di antara bangunan dan monumennya yang masih bertahan hingga sekarang adalah Citadel atau Qal’ah Al-Jabar di Kairo Mesir.[14]
Dari peristiwa sejarah Dinasti Ayyubiyah yang memiliki kaitan erat dengan perkembangan peradaban Islam, maka penulis termotivasi untuk melakukan suatu penelitian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “PERANAN DINASTI AYYUBIYAH TERHADAP PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM”.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; Bagaimana peranan Dinasti Ayyubiyah terhadap perkembangan peradaban Islam?
Untuk menjabarkan pokok masalah tersebut, penulis mengemukakan beberapa sub masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana proses berdiri Dinasti Ayyubiyah?
2.      Bagaimana situasi pemerintahan Dinasti Ayyubiyah?
3.      Mengapa peradaban Islam mengalami kemajuan pada masa Dinasti Ayyubiyah?
C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
Untuk lebih memudahkan pembahasan dan menghindari kesimpangsiuran dalam memberikan pemaknaan, maka perlu didefinisikan kata-kata yang dianggap penting terkait dengan permasalahan yang dibahas sebagai berikut:
Peranan”, adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan  dengan  posisi  atau  tempat  seseorang  dalam  masyarakat, peranan  dalam  arti  ini  merupakan  rangkaian  peraturan-peraturan  yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.[15]
Dinasti”, adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang semuanya berasal dari satu keluarga.[16]
“Ayyubiyah”, adalah sebuah dinasti Sunni yang berkuasa di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekah, Hejaz dan Dyar Bakir.
 Perkembangan”, berarti : “Kemajuan, kecerdasan, perihal bertambah besar”.[17]
“Peradaban”, yakni kemajuan (kecerdasan, kebudayaan lahir dan bathin).
Islam”, yakni sikap yang benar universal, yang menjadi tuntunan naluri setiap orang di semua zaman dan tempat, dan yang menjadi dasar serta keagamaan yang benar, yang di bawah oleh Nabi dan Rasul untuk seluruh bangsa dan umat.[18]
Dari pengertian kata-kata kunci tersebut, maka penulis akan menjelaskan defenisi operasional mengenai judul skripsi ini.  Yang di maksud dengan peranan Dinasti Ayyubiyah terhadap perkembangan peradaban Islam di dalam penelitian ini adalah kemajuan-kemajuan yang di capai oleh Dinasti Ayyubiyah terhadap perkembangan peradaban Islam pada masa kekuasaannya yang meliputi bidang keagamaan, bidang politik dan pemerintahan, dan ilmu pengetahuan. Dalam Penelitian ini penulis akan menjelaskan beberapa faktor yang mendorong perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti Ayyubiyah.
Adapun ruang lingkup penelitian ini yakni penulis hanya tertuju kepada peranan Dinasti Ayyubiyah terhadap perkembangan peradaban Islam. Dalam penelitian ini penulis akan menguraikan masalah pokok yang menjadi bahan penelitian seperti; proses berdiri Dinasti Ayyubiyah, sistem pemerintahan Dinasti Ayyubiyah, dan faktor-faktor yang mendorong perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti Ayyubiyah.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan usaha untuk menunjukkan sumber-sumber yang terkait dengan judul skripsi ini, sekaligus menelusuri tulisan atau penelitian tentang masalah yang dipilih dan juga untuk membantu penulisan dalam menemukan data sebagai bahan perbandingan, supaya data yang dikaji itu lebih jelas.
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa literatur sebagai bahan bacaan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Di antara literatur yang penulis pergunakan dalam menyusun skripsi ini, antara lain; Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim karangan  Albert Hourani, membahas antara lain perjalanan sejarah dan kebudayaan masyarakat Muslim selama dua belas abad.
Buku History of the Arabs karangan Philip K. Hitti, membahas tentang kemunculan Islam dan perkembangannya hingga Abad Pertengahan, gerak penaklukannya, kerajaannya, serta masa kejayaan dan kemundurannya yang sangat komprehensif. Ia menyingkapkan seluruh kekayaan panorama historis yang mengesankan.
Buku Sejarah Peradaban Islam oleh Badri Yatim, berisikan tentang sejarah peradaban Islam yang penjelasannya di awali dari keadaan negara Arab sebelum datangnya Islam hingga berkembangnya peradaban Islam.
Buku Sejarah Islam Klasik oleh Musyrifah Sunanto, berisikan tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam dari masa perkembangan, keemasan sampai masa kemunduran yang dikemas berdasarkan letak geografis pusat-pusat kebudayaan Islam. Tercakup di dalamnya perkembangan pengetahuan dari masa Khulafa' Ar-Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbassiyah, hingga Andalusia, Afrika Utara dan India.
Buku Shalahuddin al-Ayyubi Oleh Muhammad Ash-Shayim, berisikan tentang riwayat hidup pendiri sekaligus penguasa dari Dinasti Ayyubiyah yakni Shalahuddin al-Ayyubi. Di dalam buku ini dijelaskan pula proses peralihan kekuasaan dari Dinasti Fatimiyah ke Dinasti Ayyubiyah, serta kondisi Mesir pada masa kekuasaan Dinasti Ayyubiyah yang meliputi kondisi keagamaan, keilmuan, pertanian, kehidupan sosial, perdagangan dan industri.
E. Metode Penelitian
Dalam rangka penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode yang pada garis besarnya terdiri dari :
1.      Jenis Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah (historical research), yakni berusaha mengetahui dan membuat rekonstruksi sejarah masa lampau secara sistematis dan obyektif mengenai peranan Dinasti Ayyubiyah terhadap perkembangan peradaban Islam, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, serta bukti-bukti kuat untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.
Untuk tegaknya fakta dan memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang kuat, maka data-data yang telah diperoleh dievaluasi dengan melakukan kritik eksternal dan internal, yakni mempertanyakan apakah data-data yang telah didapat itu autentik, akurat dan relevan dengan pembahasan.[19] Demikian pula memperhitungkan dan mengawasi kemampuan penulis dalam membuat rekonstruksi, sehingga tidak terjadi keberat-sebelah seperti melebih-lebihkan data atau bahkan menguranginya.

2.      Metode Pendekatan
 Sebagaimana metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang terdiri dari buku-buku yang ada kaitannya  dengan skripsi ini tanpa memberikan penalaran sumber itu asli atau tidak. Adapun langkah yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Melalui penelusuran pustaka  baik berupa buku maupun berupa karya
    tulis ilmiah yang mungkin relevan dengan skripsi ini.
b. Menetapkan makna dengan menghubungkan  yang satu dengan yang
lain yang saling relevan lalu hasil dari penyelesaianya tersebut kemudian di munculkan penafsiran yang baru.
3.      Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dari penelitian ini, penulis menggunakan riset kepustakaan (library research), yakni membaca sumber-sumber bacaan yang ada hubungannya dengan permasalahan,[20] hasil bacaan tersebut dijadikan kutipan langsung, saduran maupun ulasan atau ihtiar.
4.      Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam  mengolah dan menganalisis data, penulis mengunakan tiga macam metode, sebab data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini bersifat kualitatif, dan untuk mencapai apa yang diinginkan, maka penulis mengolah data yang selanjutnya diinterpretasikan dalam bentuk konsep yang dapat didukung oleh obyek penelitian dalam skripsi ini. Metode penulisan yang digunakan dalam pengolahan data tersebut sebagai berikut:
a.    Metode Induktif, yakni bertitik tolak dari unsur-unsur yang bersifat khusus kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat umum.
b.    Metode Deduktif, yakni menganalisis data yang mengolah dari hal umum, lalu melakukan simpulan yang bersifat khusus.
c.    Metode Komparatif, yakni menganalisa dengan jalan membanding-bandingkan data atau pendapat para ahli yang satu dengan yang lainnya kemudian menarik kesimpulan.[21]
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang proses berdiri Dinasti Ayyubiyah di Mesir.
b.      Untuk mengetahui situasi pemerintahan Dinasti Ayyubiyah .
c.       Untuk mengetahui faktor – faktor yang mendukung kemajuan dan perkembangan peradaban Islam pada masa kekuasaan Dinasti Ayyubiyah.
 2. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a.       Diharapkan dapat memberikan kontribusi intelektual guna menambah khasanah ilmiah di bidang sejarah kebudayaan Islam, khususnya di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar.
b.      Diharapkan dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kalangan akademisi, terutama menyikapi keberadaan sejarah masa lampau untuk pelajaran di masa kini dan akan datang,
c.       Diharapkan dapat memberi manfaat bagi kalangan mahasiswa yang bergelut dalam bidang sejarah dan kebudayaan Islam.






KOMPOSISI BAB

BAB I        PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
B.   Rumusan Masalah
C.   Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
D.  Tinjauan Pustaka
E.   Metode Penelitian
F.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Bab II         SEJARAH BERDIRI DINASTI AYYUBIYAH
A.  Proses Berdiri
B.   Sistem Pemerintahan
C.   Sistem Peralihan (Pemilihan) Pemerintahan
BAB III     SITUASI PEMERINTAHAN DINASTI AYYUBIYAH
A.  Situasi Politik
B.   Situasi Ekonomi
C.   Situasi Peradaban Islam
BAB IV     FAKTOR – FAKTOR YANG MENDUKUNG KEMAJUAN      PERADABAN ISLAM
A.  Ada Dukungan Masyarakat Mesir
B.   Kekuatan Militer yang Tangguh
C.   Ada Kerjasama dengan Dinasti – dinasti Lain.
BAB V       PENUTUP
A.  Kesimpulan
B.   Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Abdurrahman, Dudung. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Fak. Adab, 2002.
Amir, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzan, 2009.
Arikunto , Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Darsono. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 2. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
Hamka. Sejarah Umat Islam II. Jakarta: Bulan Bintang, 1952.
Hasan, Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Yogyakarta: Kota Kembang, 1989.
Hillenbrand , Carole. Perang salib: sudut pandang Islam. Jakarta: Serambi, 2005.
Hitti, Philip K. History of the Arabs. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010. 
Hitti, Philip K. History of the Arabs. Terj. Cet II; Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006.
Hourani , Albert. Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004.
Karim, Abdul Muhamed. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. terj. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007.
Madjid, Noerchalish. Islam Doktrin dan Peradaban. Cet. II; Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992.
Mufrodi, Ali. Islam Dikawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos, 1997.
Nasution Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1. Jakarta : UI-Press, 1985.
Nasution Harun, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1975.
Nirmala , Andina T. dan Aditya A. Pratama. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Cet. I; Surabaya: Prima Media, 2003.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. IV; Jakarta: Balai Pustaka, 1993.
Saefudin, Didin. Zaman keemasaan Islam: Rekonstruksi Sejarah Imperium Dinasti Abbassiyah. Jakarta: PT Grasindo, 2002.
Shalabi, Aḥmad. Sejarah dan kebudayaan Islam. Universitas Michigan: Pustaka Nasional, 1970.
Shayim, Muhammad Ash. Shalahuddin al-Ayyubi. Jakarta: Gema Insani, 2003.
Sj, Fadil. Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: UIN-MALANG PRESS, 2008.
Soekamto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press, 1982.
Sopandi, Andi. Sejarah Kebudayaan Islam. Depok: CV Arya Duta, 2008.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000.
Yatim, Badri. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Rajawali Press, 1995.



[1] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1 (Jakarta: UI-Press, 1985), h. 56.
[2] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1975), h. 13.
[3] Albert Hourani, Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim (Bandung:PT Mizan Pustaka, 2004), h. 191
[4] Ibid.,h.271
[5] Kumpulan Makalah,“ Makalah Dinasti Ayyubiyah Di Mesir”, diakses dari http://kmplnmakalah.blogspot.com/2013/01/makalah-dinasti-ayubbiah-di-mesir.html, pada tanggal 28 januari 2013 pukul 06.15
[6] Hamka, Sejarah Umat Islam II (Jakarta: Bulan Bintang, 1952) hal. 185.
[7] Philip K. Hitti, History of The Arabs (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), h. 824.
[8] Ibid., h. 842.
[9] Ibid., h. 844.
[10] Ibid., h. 846.
[11] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 153.
[12] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 283.
[13] Samsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzan, 2009), hal. 279.
[14] Ibid., hal. 279.
[15] Soejono Soekamto,  Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 1982), h. 238
[16] Andina T. Nirmala, Aditya A. Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Cet. I; Surabaya: Prima Media, 2003), h. 111
[17] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. IV; Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 569.
[18] Noerchalish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Cet. II; Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), h. 439.
[19] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 58.
[20] Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 55.
[21] Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 64.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar